BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Pendidikan
merupakan peranan yang sangat
penting, dilihat dari pengertian pendidikan tersebut, yaitu usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan manusia yang cerdas
dan memiliki watak atau karakter bangsa yang bermutu, juga untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, akhlak mulia serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara ( Sindiknas, 2003 : 3 ).
Pendidikan merupakan wadah dalam meningkatkan
sumber daya manusia agar tujuan pendidikan dapat dicapai. Pendidikan adalah lembaga dan usaha
perkembangan watak bangsa, pendidikan merupakan bidang yang mempunyai kedudukan
paling tinggi kebenarannya di berbagai negara manapun. Tinggi rendahnya suatu
kemajuan suatu bangsa di pengaruhi oleh faktor pendidikan, karena kemajuan
suatu bangsa hanya dapat dicapai melalui penataan pendidikan yang baik.
Dalam perkembangan jaman ini semangat reformasi
menambah dan menjiwai seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. semakin
pesat kemajuan teknologi diberbagai bidang membawa tantangan yang sangat berat
bagi perkembangan pendidikan reformasi tidak hanya berarti perubahan atau
pembaharuan dalam seluruh aspek hidup, tetapi lebih mendasar lagi, sesuai
dengan kondisi dan perkembangan pada era keterbukaan atau globalisasi dewasa
ini. Pendidikan sebagai bagian dari kebutuhan pokok masyarakat yang tidak bisa
lepas dari tuntunan reformasi di bidang pendidikan tidak hanya menyangkut
perubahan fisik, tetapi lebih merupakan visi, misi dan persepsi reformasi
etika, moral dan keterampilan.
Dalam rangka mewujudkan tujuan dari
pendidikan nasional, maka sekolah yang merupakan lembaga pendidikan formal
adalah tempat membentuk manusia yang cerdas, trampil dan berwawasan luas,
sehingga dapat menjadikan sumber daya manusia yang berkualitas. Peranan yang
sangat sentral dalam dunia pendidikan. Seorang guru dituntut untuk memiliki
kemampuan untuk menginterprestasikan, memahami dan menjabarkan isi kurikulum
sebagai pedoman dalam menyelenggarakan
proses belajar mengajar secara optimal.
Terkait dengan upaya peningkatan
kualitas sumber daya manusia, berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah
salah satunya adalah melalui pendidikan. Hal ini sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional yang termuat pada UU RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional Bab II pasal 3, dinyatakan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dan peradaban yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, madiri dan
menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berpijak dari tujuan pendidikan
diatas, mengandung makna bahwa berfungsi dari sistem pendidikan nasional adalah
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak, peradaban bangsa yang
berandaskan ethika dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
sedangkan tujuan pendidikan nasional seperti yang dikemukakan diatas untuk
mengembangkan potensi peserta didik. Jadi tujuan pendidikan nasional adalah
untuk mengarahkan dan mengembangkan potensi yang ada pada diri peserta didik.
Untuk membentuk karakter manusia
yang bermoral dan berethika, pendidikan akan lebih tepat dan baik diberikan
kepada manusia sejak usia dini atau pada saat kanak – kanak. Tujuan dari pendidikan
adalah mengarahkan anak kearah yang lebih baik terkait dengan pemberian
pendidikan kepada anak dalam ruang lingkup informal, maka yang berkewajiban
sebagai pendidik adalah orang tua. sebagai orang yang terdekat dengan si anak
sangat yang berperan dalam mendidik serta membentuk kepribadian anak menuju
tahap kedewasaan dengan harapan putra – putri mereka kelak menjadi anak yang
berbudhi pekerthi yang luhur. Tradisi mendidik anak dalam masyarakat bali
selalu melibatkan unsur estetika dengan menggunakan media berupa seni sastra
salah satunya dalam bentuk tembang yang berisikan nilai - nilai pendidikan.
Seiring berjalannya waktu kesusastraan
tembang yang berkembang dalam kehidupan masyarakat Bali di antaranya : sekar
rare, sekar alit, sekar madya, dan sekar
agung. Sekar rare merupakan salah satu sastra tembang yang sifatnya kreatif
yang dapat ditembangkan serta dapat
dikalabolarasikan dengan permainan traditional untuk anak – anak sepermainannya.
Sekar rare atau gegendingan rare yang
ditembangkan atau dilantunkan akan menciptakan gambaran dari penembang maupun
penikmatnya. Banyak nilai yang terdapat didalam seni sastra tembang karena
dapat dijadikan pedoman hidup. Ada nilai luhur yang tersurat dan tersirat dalam
lagu – lagu yang dinyanyikan bahwasannya seni begitu hebat dimana ketika seni
telah merasuk dalam jiwa, maka seni akan mampu membina jiwa. Hal ini terbukti
ketika seorang ibu melantunkan gending rare saat menimang anaknya agar sianak
terditur dan tidak menangis.
Dalam mencermati hal tersebut, maka
peneliti tertarik untuk mengembangkan dan menggali nilai – nilai yang terdapat
dalam sekar rare tersebut dan menerapkan kepada anak – anak pada usia dini
maupun anak sekolah dasar, karena aspek – aspek nasehat yang ada di dalam sekar
rare sangat erat dengan aspek sradha dan bhakti. Maka dari itu, peneliti
mengangkat judul, Sekar Rare Sebagai Media Peningkatan Mutu pendidikan Karakter
Terhadap Umat Hindu di Bali.
1.2 Rumusan
Masalah
1.2.1
Apa
sajakah jenis – jenis sekar rare dalam masyarakat di Bali ?
1.2.2
Nilai
– nilai karakter apa sajakah yang terdapat dalam sekar rare ?
1.2.3
Bagaimana
sistem pembentukan karakter umat Hindu di Bali melalui sekar rare ?
1.3 Tujuan
1.3.1
Tujuan
Umum
Tujuan
penelitian ini adalah untuk
mengembangkan nilai – nilai karakter pada anak anak. Selain
itu juga penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai acuan agar
mampu menciptakan karakter
masusia yang bermoralitas dan mampu mengembangkan nilai – nilai pendidikan yang
dapat menumbuh kembangkan jiwa pada anak - anak
1.3.2
Tujuan
Khusus
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian sekar rare ini adalah untuk mengetahui jenis – jenis sekar rare dan untuk mengetahui nilai – nilai yang terkandung didalam sekar rare tersebut . Nilai yang
terkandung dalam sekar rare agar dapat membentuk karakter yang bermoral baik
pada anak – anak bagi umat Hindu yang ada di Bali Kususnya.
1.4 Manfaat
Penelitian ini diharapkan berguna sebagai
landasan untuk pengembangan ilmu pengetahuan mengenai pembentukan karakter yang
manusia bermutu berlandaskan sastra ajaran Agama dan sebagai pelestarian
kebudayaan yang ada di Bali. Selain itu penelitian ini diharapkan bermanfaat
untuk menambah wawasan serta menambah
bahan bacaan dan dijadikan pedoman untuk penelitian berikutnya. Manfaat
dibedakan menjadi 2 bagian yaitu :
1.4.1
Manfaat Teoritis
Dalam
hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi perkembangan
Kebudayaan pada umumnya dan Pendidikan Karakter
umat Hindu di Bali pada khususnya. Penelitian ini juga dapat dijadikan pedoman bagi
peneliti dan juga bagi para ahli kebudayaan untuk melestarikan kebudayaan yang
ada di Bali dengan menerapkan Sekar Rare dalam pembentukan karakter anak sejak
dini.
1.4.2
Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat dijadikan
acuan atau pedoman masyarakat untuk mengembangkan pendidikan karakter pada
anak- anak dan juga melestarikan kebudayaan di Bali Khususnya seni suara.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN TEORI
2.1
Kajian Pustaka
Kajian pustaka yang akan dikaji dalam
mendukung penelitian ini, baik dalam bentuk pustaka, berupa buku, karya tulis
atau skripsi, yang dipandang perlu dan bermanfaat dalam upaya melaksanakan
penelitian ini. Dalam penelitian ini, penulis gunakan sebagai perbandingan,
mencari sumber pendukung ( panduan ) yang terkait dengan penelitian ini.
Berdasarkan studi kepustakaan, maka ditemukan beberapa sumber pustaka yang
mendukung penulis dalam melakukan suatu penelitian. Sumber data kepustakaan
yang dipakai oleh peneliti akan dapat bermanfaat sebagai pendukung atau pustaka
pembanding, sehingga menunjukan perbedaan arah penelitian untuk menghindari
kesamaan kajian dalam penelitian. Adapun kajian pustaka yang digunakan sebagai
kajian pustaka adalah hasil penelitian maupun buku yang berkaitan dengan
penelitian yang dilakukan.
Wedari dalam penelitiannya yang
berjudul nilai – nilai religi dalam sekar rare pada tahun 2009, yang menyatakan
bahwa peranan sekar rare sebagai media pendidikan yang meliputi : peranan
sebagai media pengenalan struktur bahasa, pengenalan lingkungan hidup,
pengenalan alam, penanaman ethika dan sebagai media pembentukan karakter. Nilai
– nilai yang terdapat di dalam sekar rare meliputi : nilai pendidikan religi
terkait dengan konsep karma phala, etika dan budhi pekerthi.
Artini dalam penelitiannya yang
bejudul eksistensi kursus upakara dalam peningkatan mutu pendidikan agama hindu
di yayasan dharma acarya tahun 2009,
karya tulis ini sebagai penunjang dalam penelitian, yang menekankan
peningkatan mutu pendidikan beragama, dan berethika.
Kontribusi
terhadap penelitian yang dilakukan adalah sebagai bahan pebandingan peneliti
dalam mengkaji nilai – nilai gending rare dalam proses pendidikan disekolah
I Nyoman Suda Supartha, dkk (2002), dalam
bukunya ynag berjudul “ Agama Hindu” menjelaskan bahwa sekar rare merupakan
nyanyian atau lagu-lagu yang juga disebut gegendingan, yang biasa dinyanyikan
oleh anak-anak dan dipakai sebagai pengiring gambelan dengan menggunakan bahasa
daerah, memakai sajak bebas, dan isinya sebuah cerita sampai selesai, setiap
lagu punya nama tersendiri dan didalamnya selalu diselipkan ajaran-ajaran
susila.
I
Ketut Maruta, dkk ( 2007 ), dalam bukunya yang berjudul “Widya Dharma Agama
Hindu” sekar rare merupakan nyanyian atau lagu-lagu yang lirik atau baitnya
mengandung pesan-pesan moral, budi pekerti serta cerita-ceritanya tentang
tingkah laku atau kesusilaan dan pengetahuan.
Wayan Budha Gautama ( 2007 ) dalam
bukunya yang berjudul “Penuntun Pelajaran Gending Bali” menjelaskan bahwa
gending rare juga disebut sekar rare. Ada pula yang mengatakan dolanan. Kata
dolanan ini berasal dari bahasa jawa, yang kini sudah sangat popular dimedia
pendidikan dimasyarakat Bali.
2.2
Konsep
konsep merupakan salah satu syarat
yang ada dalam kegiatan penelitian yang mampu menggambarkan sejumlah variable
terhadap topik – topik yang diteliti. Konsep adalah istilah yang merujuk pada
suatu pengertian tertentu. Konsep berarti suatu makna yang berada di dalam
pikiran atau di dunia kepahaman yang dinyatakan kembali dengan sarana lambang
perkataan atau kata – kata. Konsep adalah istilah yang terdapat dalam judul
yang perlu dijelaskan kepada pihak lain. Yang perlu dijelaskan dalam penelitian
ini merupakan istilah yang digunakan terutama untuk menuntun serangkain proses
penelitian dan sekaligus mengkomunikasikannya kepada pihak lain. Konsep dapat
memberi batasan yang jelas dari apa yang diteliti.
Fungsi dari pada konsep adalah untuk
menyederhanakan arti kata ataupun pemikiran tentang ide – ide atau hal – hal
yang digunakan, agar orang lain yang membacanya dapat segera memahami maksudnya
sesuai dengan konsep yang digunakan dalam penelitiannya. Berdasarkan beberapa
pemaparan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan rancangan
dari sebuah penelitian yang dapat membentuk teori – teori sehingga akan dapat
membentuk definisi yang kongkrit.
Berdasarkan hal tersebut maka konsep
yang akan diuraikan dalam penelitian ini adalah Sekar Rare Sebagai Media
Peningkatan Mutu pendidikan Karakter Terhadap Umat Hindu di Bali
Dalam perkembanganya di Bali, sastra tembang disebut juga Dharmagita. Dharmagita berasal dari bahasa Sansakerta dan terdiri dari dua kata yakni Dharma dan Gita. Dharma artinya kebenaran/kebaikan, kewajiban, hukum, aturan. Sedangkan Gita artinya nyanyian/lagu. Jadi Dharmagita adalah nyanyian atau kidung suci keagamaan yang merupakan salah satu bagian dari sad dharma sebagai kewajiban dalam pelestarian seni budaya Hindu. Dharma Gita juga diartikan sebagai suatu seni keagamaan yang menggunakan media suara atau vocal dalam agama Hindu. Di dalamnya terdapat syair-syair yang sudah di ringkas sedemikian rupa dan penuh dengan ajaran keagamaan, kemudian dilantunkan dengan suara yang amat mempesona. Dharmagita sangat berperan dalam kegiatan upacara agama sebagai pencurahan perasaan bakti dan pembimbing pikiran menuju suatu kebenaran. Hal ini dikarenakan Dharmagita mengandung ajaran agama, susila, tuntunan hidup, dan pelukisan kebesaran Tuhan dalam berbagai manifestasiNya. Jenis Dharmagita terdiri atas enam jenis, yaitu (1) sloka dan sruti, (2) palawakya, (3) sekar agung, (4) sekar madia, (5) sekar alit, dan (5) sekar rare. Dalam jenis – jenis dharmagita memiliki peranan dan fungsi tertentu, baik dalam sepiritual maupun hiburan, seperti halnya sekar rare sebagai nyanyian hiburan terhadap anak – anak tapi didalam gegendingan tersebut terdapat nilai – nilai pendidikan karakter terhadap anak. Sekar Rare (gegendingan) tidak memakai uger-uger, menggunakan kata-kata bahasa Bali lumrah. Sekar Rare (gegendingan) itu dipakai oleh anak-anak pada saat bermain pada bulan purnama. Yang termasuk kelompok Sekar Rare (gegendingan) yaitu: (1) Gegendingan (dolanan), antara lain: guak maling taluh, juru pencar, galang bulan, Putri cening ayu dan lain sebagainya; (2) Jejangeran antara lain: Embok Nyoman, Don Dapdap, dan yang lainnya; (3) Gending Sangiang antara lain: Kukus Arum, Sangiang Dedari, dan yang lainnya.
2.3 Media Peningkatan Mutu pendidikan karakter
Media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan dan perhatian anak didik untuk tercapainya tujuan pendidikan.
Mutu berkaitan dengan tingkah laku atau segala aspek kehidupan manusia yang bersifat nyata, mutu tersebut pada pada hakikatnya juga berlandaskan pada kuantitas, kualitas, aksi, relasi, ruang maupun waktu.
Pendiddikan Karakter adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi, watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa merupakan suatu ajaran mengenai pendidikan moral, budi pekerti yang luhur dengan harapan mencapai perkembangan kepribadian sikap mental dan budi pekerti yang luhur dengan jalan mengamalkan ajaran – ajaran atas kebenaran
2.4 Umat Hindu
adalah agama yang kebanyakan dianut oleh orang bali. Agama hindu di bali mengguakan dharmagita sebagai sarana untuk menghubungkan diri dengan tuhan karena dengan melantunkan dharmagita membawa keheningan dalam pelaksanaan upacara keagamaan.
2.5 Teori
Teori merupakan hasil penting dalam memecahkan
suatu permasalahan dalam penelitian ilmiah, yang berfungsi untuk menganalisis
permasalahan dari suatu penelitian. Suatu penelitian akan berhasil dengan baik
apabila didasarkan atas dasar – dasar teori dan didukung oleh literatur yang
memadai. Dalam penelitian karya sastra diperlukan landasan pijak yang pasti,
sehingga tujuan yang diinginkan tidak lepas dari patokan – patokan sebuah
teori. Landasan teori yaitu landasan yang berupa hasil perenungan terdahulu
yang berhubungan dengan masalah dalam penelitian dan bertujuan mencari jawaban
secara ilmiah. Teori berfungsi sebagai alat untuk memecahkan masalah. Oleh karena
itu, dalam mempergunakan teori sastra haruslah dipilih teori yang relevan
dengan tujuan penelitian.
Yang dimaksud dengan teori secara umum
adalah suatu sistem ilmiah atau pengetahuan sistematik yang menetapkan pola
pengaturan hubungan antara gejala – gejala yang diamati. Teori berisi konsep
atau uraian tentang hukum – hukum umum suatu objek ilmu pengetahuan dari suatu
titik pandang tertentu, karena itu teori sebagai perenungan yang mendalam,
tersistem, dan terstruktur terhadap gejala – gejala alam berfungsi sebagai pengarah
dalam kegiatan telah atau penelitian ( Gunawan, 2003 : 10 )
Riduwan
( dalam Agus, 2009 : 25 ) menyatakan bahwa teori adalah suatu ilmu yang relevan
yang dapat digunakan untuk menjelaskan tentang variabel yang akan diteliti
sebagai dasar untuk memberikan jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang
diajukan ( hipotesis ) serta penyusunan instrumen penelitian.
Manfaat dari teori adalah untuk
mensistematiskan dan mengorganisasikan pengalaman sehari hari, serta dari
kesistematisan pengorganisasian pengalaman sehari - hari kemudian diharapkan dapat mengembangkan
suatu hipotesa khusus yang diberikan kepada tes empirik melalui proses
penelitian. Teori merupakan konsep yang paling berkaitan yang berupaya
menemukan serta menjelaskan sebab akibat dari suatu fenomena, yang dapat
diamati. Kedudukan teori dalam penelitian sangat penting, terutama penelitian
yang digunakan untuk tesis dan desertasi, bahkan bobot yang digunakan sangat
ditentukan oleh teori yang digunakan peneliti.
2.6
Teori Fungsional
Menurut Malinowski (Artadi, 2009:143)
mengatakan bahwa aktivitas manusia berhubungan dengan kebutuhan hidupnya.
Aktivitas itu meliputi aktivitas religi, aktivitas seni, aktivitas hukum,
aktivitas ekonomi, teknologi dan aktivitas yang berhubungan dengan kesehatan
fisik. Jadi inti dari teori ini adalah segala aktivitas kebudayaan itu
bermaksud memuaskan kebutuhan manusia yang berhubungan dengan seluruh hidupnya.
Menurut Kaberry (dalam
sokaningsih, 2007:34) mengatakan bahwa masalah fungsi memiliki kaitan dengan
fungsi sosial yang dibedakan atas tiga tingkat abstraksi yaitu: 1). Fungsi
sosial dari suatu masyarakat atau adat, pranata sosial atau unsur kebudayaan,
pada tingkat abstraksi pertama pengaruh dan efeknya pada adat serta tingkah
laku manusia, 2). Fungsi sosial dari suatu adat, pranata sosial atau unsure
kebudayaan pada kebudayaan pada tingkat abstraksi kedua mengenai pengaruh dan
efeknya terhadap kebutuhan suatu adat atau pranata lain untuk mencapai
maksudnya seperti yang dikonsepsikan oleh warga masyarakat bersangkutan, 3).
Fungsi sosial dari suatu adat, pranata sosial atau unsure kebudayaan pada
tingkat abstraksi ketiga mengenai pengaruh dan efeknya terhadap kebutuhan
mutlak untuk berlangsungnya secara terintegrasi dari suatu sistem sosial
tertentu. Unsur kebudayaan tersebut diharapkan mampu untuk membrikan suatu
kepuasan kebutuhan naluri manusia dalam kehidupan sehari-hari. selain hal
tersebut fungsi juga mengandung arti sebuah kegunaan, yaitu kegunaan dari suatu
benda dalam kehidupan sosial masyarakat.
Teori tersebut sangat relevan dengan
penelitian yaitu tentang fungsi
Dharmagita sebagai sarana pelengkap dalam upacara keagamaan dibali.
2.7
Teori Religi
Menurut teori ini bahwa
suatu kepercayaan yang dijalankan oleh manusia lewat suatu agama tertentu
merupakan suatu kebudayaan hasil budidaya manusia untuk mendekatkan diri dengan
Tuhan. Teori religi menurut Frazer menyatakan bahwa mula-mula manusia percaya
dengan adanya ilmu gaib untuk memecahkan masalah hidupnya. Kemudian lambat laun
mengalih kepada religi adalah segala sistem tingkah laku manusia untuk mencapai
suatu maksud dengan cara menyadarkan diri kepada kemauan dan kekuasaan. Religi
berhubungan dengan keyakinan yang diimplementasikan melalui aktivitas pemujaan.
Dalam religi atau agama terdapat tiga azas gagasan penting yakni pertama,
selain keyakinana, upacara juga merupakan perwujudan dari religi atau agama.
Kedua, upacara religi mempunyai fungsi sosial antar warga masyarakat. Ketiga,
upacara bersaji merupakan aktifitas untuk mendorong solidaritas dengan
dewa-dewa (koencaraningrat, 1990: 67-68). Karena itu Dharmagita merupakan
bagian dari keagamaan yang dipergunakan sebagai pelengkap upacara keagamaan
yang berfungsi sebagai nyanyian pemujaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2.8
Teori Estetika
Menurut Gie (2004: 49-51) menguraikan tentang
teori estetika atau teori keindahan bahwa dalam estetika terdapat kelompok teori yang terkenal yaitu teori
subjek, dan teori objek. Teori subjek ini dianut oleh Henri Home, Earl of
Sharftesbury dan Edmund Burke menurut mereka adanya suatu keindahan semata-mata
tergantung pada penerapan dari pengamat (subjek).
Teori objek yang dianut oleh Plato, Hegel, dan
Bernad Bosanquet menyatakan bahwa keindahan atau ciri-ciri yang menciptakan
nilai estetika adalah sifat yang memang telah melekat pada indah itu sendiri,
terlepas dari orang yang mengamatinya.
Soedarso , (2006: 2) menyebutkan bahwa didalam seni, manusia
mengekpresikan ide-idenya, pengalaman keindahan atau estetikanya. Seni adalah
segala kegiatan dan hasil karya manusia yang mengutarakan pengalaman batinnya
yang disajikan secara unik dan menarik, bukan untuk memenuhi hasrat kebutuhan
hidup yang paling pokok, melainkan oleh kebutuhan spiritualnya. Jiwa manusia
yang bergetar, yang terharu itulah yang melahirkan karya seni.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1 Metode
Pengumpulan Data Penelitian
Metode pengumpulan
data merupakan cara atau alat yang dipergunakan untuk mendapatkan hasil-hasil
penelitian. Metode berarti cara untuk
mengasilkan fakta – fakta dan teori – teori yang tersusun baik untuk sesuatu,
sedangkan penelitian adalah suatu proses yaitu suatu rangkian langkah – langkah
yang dilakukan secara terencana dan sistematis guna mendapatkan pemecahan
masalah atau mendapatkan jawaban terhadap pernyataan – pernyataan tertentu (
suryabrata 2003 : 10 ). Keberadaan metode hendaknya dapat dipercaya sebagaimana
suatu acuan yang dapat digunakan secara berulang – ulang dengan ketepatan atau
kepastian keberhasilan yang cukup tinggi ( Deddy Karyanto, 2003 : 144 ).
Sedangkan menurut
Narbuko dan Abu Achmadi ( 2001 : 1 ) disebutkan bahwa metodologi penelitian
adalah cara melakukan suatu dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk
mencapai suatu tujuan melalui kegiatan mencari, mencatat, merumuskan dan
menganalis sampai menyusun laporan. Untuk memperoleh hasil yang valid dalam
suatu penelitian, maka sangat diperlukan adanya metode penelitian, sehingga
hasil yang diperoleh akan dapat dipertanggung jawabkan.
Ahli lain juga
menyebutkan bahwa metode sangat vital peranannya dalam menentukan keberhasilan
suatu penelitian. Karena metode adalah tuntunan apa yang harus dilakukan,
bagaimana melakukan suatu tindakan dan proses apa saja yang harus dilewati
dalam suatu penelitian. Metode akan menjadi panduan utama bagi jalannya suatu
penelitian ( sutanto, 2005 : 72 )
Penelitian
kualitatif, lebih sering menggunakan cara observasi dan wawancara dalam
pengumpulan data, atau dengan menggunakan sumber lain yaitu catatan kepustakaan. Dalam penelitian
ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :
3.1.1
Teknik Oservasi
Metode
observasi adalah aktivitas sempit yaitu memperhatikan sesuatu dengan mata di
dalam pengertian psikologi observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan
meliputi kegiatan pemusatan pikiran terhadap suatu objek dengan
menggunakan seluruh alat indra (
arikunto, 1989 : 128 ). Metode observasi adalah pengamatan dan percatatan data
secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan
dan pencatatan terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian, pengamatan
dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek di tempat berlangsungnya peristiwa
( Margono, 1993 : 158 ). Jika ditinjau dari segi kedudukan petugas observasi dapat
dibedakan sebagai berikut : (1) Observasi Partisipasi yaitu orang yang
melakukan observasi disebut ikut ambil bagian dalam situasi yang diamatinya
atau berada dalam lingkungan orang – orang yang akan diamati ( Sugiyono, 1999:
139), (2) Observasi Non Partisipasi yaitu orang apabila orang – orang melakukan
observasi itu berada diluar situasi yang diamati atau diluar lingkungan orang –
orang yang diamati, (3) Observasi Kuasi Partisifasi yaitu observasi yang
dilakukan hanya terbatas pada beberapa situasi tertentu saja.
Observasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah observasi non partsipasi karena peneliti tidak terlibat dan hanya
sebagai pengamat independen.
3.1.2
Teknik Wawancara
Wawancara
adalah pengumpulan data yang diperoleh melalui dialog tatap muka antara
penyelidik dan orang yang diselidiki ( Sudikan, 2002: 37 ) berdasarkan definisi
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan wawancara adalah
suatu cara untuk mengumpulkan data dengan jalan melakukan tanya jawab secara
lisan dan sistematis, baik langsung maupun tidak langsung antara pencari
informasi dan pemberi informasi.
Wawancara
dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur. Wawancara
terstruktur adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan bila pengumpulan data
telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh (
sugiyono, 1999 : 130). Wawancara tidak tersruktur adalah wawancara yang bebas,
dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoaman wawancara yang
digunakan hanya berupa garis – garis besar permasalahan yang akan ditanyakan (
sugiyono, 1999 : 132). Sesuai dengan pernyataan tersebut, wawancara yang
digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur dan mendalam,
karena dalam penelitian ini pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis
– garis besar permasalahan terkait dalam penelitian ini.
3.1.3
Kepustakaan
Kepustakaan digunakan dalam penelitian
agar mendapatkan suatu data yang lengkap. Menurut Suharsini-Arikunto
(2006:235), menyatakan bahwa dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode
dimana peneliti harus mendalami, mencermati, menelaah dan mengidentifikasi
pengetahuan yang ada dalam kepustakaan, seperti buku-buku, kamus atau hasil
penelitian yang lainnya sebagai bahan untuk melengkapi hasil penelitian ini.
3.2 Analisis
Data
Menurut
Bodga (2006) menjelaskan bahwa analisis data merupakan proses mencari dan
menyusun secara data secara sistematis yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan, dan bahan lainnya sehingga mudah untuk dipahami. Analisis
data dalam penelitian kualitatif dilakukan dari sebelum memasuki lapangan, selama
dilapangan dan selesai dilapangan. Analisa telah dimulai sejak merumuskan dan
menjelaskan masalah, sebelum terjun kelapangan dan bderlangsung terus sampai
penulisan hasil penelitian. Penganalisisan data dalam penelitian kualitatif
lebih difokuskan selama proses dilapangan bersamaan dengan pengumpulan data.
Data yang di peroleh dari penelitian setelah terkumpul akan dipilah terlebih
dahulu dan segera digarap oleh peneliti yang akan mengolah data tersebut.
Sesuai dengan karakteristik penelitian
ini, maka analisis data dimulai sejak awal. Penelitian sejak awal sudah
membentuk hipotesis kerja yang diuji kebenarannya dengan memperoleh data
melalui observasi, wawancara, dan kepustakaan.analisis data adalah proses
menyusun, mengkatagorikan data, mencari pola atau tema dengan maksud untuk
memahami maknanya.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Jenis-Jenis
Sekar Rare dalam Masyarakat Hindu Di Bali
Dalam Sekar
rare sering disebut dengan Gending Rare yang merupakan nyanyian yang umumnya di
nyanyikan oleh anak-anak pada saat sedang bermain-main dengan orang tua, teman
sepermainannya yang bersifat bahagia, ceria, dan mengembirakan. Jenis - jenis
Sekar Rare dalam masyarakat Hindu di bali yaitu:
4.1.1
Dolanan
Dolanan adalah salah satu jenis sekar rare yang memilik sifat
yang kebanyakan ceria, gembira, dan lucu, namun ada juga yang mengandung unsur
pendidikan budhi pekerti atau nasehat yang dapat mengembangkan potensi pada
anak tersebut. Maka dari itu dolanan sering diterapkan dalam sekolah-sekolah
dasar selain untuk kegembiraan juga sebagai sarana pendidikan budhi pekerti.
4.1.2
Gending Janger
Gending janger atau jejangeran merupakan
suatu nyanyian yang dibawakan oleh penari janger atau kecak. Nyanyian ini
adalah bagian dari Sekar Rare. Gending Janger berpatokan sama seperti Dolanan.
Tema dari Gending Janger beraneka ragam mengikuti perkembangn zaman. Maka dari
itu tema tarian janger terus berganti sesuai dengan perkembangan zaman ke
zaman.
4.1.3
Gending Sang Hyang
Kata Sang Hyang, berarti yng mulia atau yang
dimuliakan, atau juga bisa berarti Dewata, yakni sinar suci atau prabawa
(manifestasi) Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Gending Sang Hyang dilantunkan guna
menurunkan atau menuntun para Dewata, melalui para penari Sang Hyang.
Penari-penari Sang Hyang terdiri dari anak-anak dibawah umur atau dalam Bahasa
Bali disebut Tonden Menek Bajang. Anak-anak yang dimaksud adalah anak wanita,
selain anak wanita ada juga penari Sang Hyang yang terdiri dari anak laki-laki
yakni penari Sang Hyang Jaran.
4.2 Nilai-Nilai Karakter yang Terdapat
dalam Sekar Rare
Dalam
sekar rare atau gendingan rare terdapat nilai – nilai pendidikan karakter.
Nilai Sekar Rare merupakan nilai-nilai
yang harus di terapkan pada anak-anak untuk membentuk karakter anak sejak dini.
Adapun nilai karakter yang terdapat dalam masing-masing bait lagu sekar rare yaitu:
4.2.1
Jenggot uban
Kaki –
kaki de ngude mebok,
di beten
cunguhe teken di jagute,
neked ke
pipine bek misi ebok,
buin
putih buka kapase.
Makna dari lagu jenggot uban ini adalah
dalam sekar rare ini, pembentukan karakter yang tertuang dalam lagu jenggot
uban adalah ( 1 )memberikan pendidikan kepada anak- anak bahwa perlu kita
menghargai orang tua, itu adalah ethika ,
(2) orang tua itu pengalaman hidupnya sudah banyak dari yang pahit
getirnya, kita untuk harus banyak meminta tuntunan, untuk mengarungi kehidupan
dari anak – anak menjadi remaja, dari
remaja menjadi dewasa, dari dewasa menjadi tua, (3) keserasian dari orang tua
itu ada rambut, ada kumis, ada jenggot, ada kales dia tidak pernah
memperhatikan membersihkan diri dan
lebih banyak menekuni kewajibannya
sebagai orang tua dia tidak bersolek kagi dia tidak kena pengaruh duniawi karena sudah sebagai kakek, itu berarti
mengurangi kegiatan untuk mencari duniawi, karena sudah masuk kealam wanaprasta
dia harus banyak mendidik, membina bawahannya yaitu anak, cucu untuk
mengarahkan kearah kebanaran. Setelah kita menjadi orang tua tetap memberikan
ajaran kebenaran walaupun anak itu anak kita kalau dia itu sudah kita
salahkan, tidak boleh memanjakan anak
itu kalau anak itu salah, salah dia tidak ditegur berarti orang tuanya yang
salah, kesimpulannnya orang itu harus mengerti dengan ajisesana dan anak itu melaksanakan
yang disebut putrasesana
4.2.2
Siap Sangkur
Siap
sangkur di natahe noltol jangung gung gung,
siap
srawah kakak – kekek nagih menang nang, nang,
awak
lacur nagih ngelah motor sangkur,
awak
pawah nagih milu makpak kacang cang, cang
Didalam lagu sekar rare ini tertuang
nilai ke pada anak bahwa sebagai seorang anak itu tidak boleh sombong kepada
orang lain dan bisa menghormati orang lain. Nilai pendidikan yang terkandung
dalam sekar rare ini kalau tidak mampu janganlah sombong dan tahu etika
terhadap orang lain.
4.2.3
Putri Cening Ayu
Putri
cening ayu,
ngijeng
cening jumah,
meme
luas malu,
ke
peken meblanja,
apang
ade daaran nasi.
Meme
tiang ngiring,
ngijeng
tiang jumah,
sambilange
ngempu ajak tiang dadua dumulihne dong gagapin.
Dalam pembentukan karakter dalam sekar
rare putri ayu ini, di mana seorang anak diajarkan untuk mematuhi nasehat orang
tua dan diberikan tanggung jawab oleh ibunya, dia diberikan dimulai dari
tanggung jawab sebagai seorang wanita apa yang harus disiapkan dirumah pada saat ibunya pergi untuk mencari
kehidupan untuk dibawa pulang, untuk menyambung kehidupan anak - anaknya ,
tidak mengingkari perintah dari orang tua dan apa yang dilakukan orang tua
tersebut untuk anaknya juga dan dari segi pendidikan yang didapat dalam sekar
rare ini kita tidak boleh membantah nasehat dari orang tua atau disebut
pengendalian diri. ( Sudarsana, wawancara 11-juni-2014 )
4.2.4
Meong – meong
Meong –
meong,
Alih je
bikule,
Bikul gede
– gede,
Buin mokoh
– mokoh,
Kereng pesan
ngerusuhin,
Juk meng
juk kul.
Dalam
sekar rare sistem pembentukan karakter yang tertuang dalam lagu meong – meong
adalah untuk membentuk kepribaian anak
bagaimana menjadi seorang manusia itu harus bisa bijaksana dalam melakukan
suatu perbuatan sesuai dengan kewajiban, dapat beriteraksi, bekomunikasi dengan
kawan sepermainanya, dari segi nilai pendidikan kita diajarkan untuk membela
kebenaran.
4.2.5
Juru Pencar
Juru
pencar juru pencar
mai
jalan mencar ngejuk ebe,
be gede – gede
be gede – gede di sawana ajake liu
Dalam lirik lagu yang sederhana ini
terkandung nilai perjuangan seorang nelayan yang harus tetap mencari
penghidupan di laut dalam kondisi apapun. Hasil laut dapat di manfaatkan
semaksimal mungkin untuk kepentingan bersama sesuai dengan kepentingan dan
upaya yang dilakukan. Selain itu lagu ini menyiratkan nilai solidaritas social
yang tinggi serta kearifan untuk mengetahui bagian-bagian dari laut yang menjadi
tempat berkumpulnya ikan-ikan.
4.3 Sistem Pembentukan Karakter Umat Hindu di Bali melalui
Sekar Rare
Sekar
Rare sangat berperan dalam sistem pembentukan karakter Umat Hindu di bali
karena menurut narasumber Drs. I. B. Putu Sudarsana, MBA. MM yang merupakan Parisadha
Dharma Hindu Bali mengatakan bahwa
melalui gendingan atau nyanyian sekar rare dapat memberi pendidikan budhi
pekerthi terhadap perkembangan karakter umat Hindu di Bali. Karena dalam masa
anak-anak adalah masa bermain pada saat masa bermain inilah anak di tanamkan
ajaran-ajaran keagamaan, moral, etika atau budhi pekerti, dan sosial melalui
makna yang terkandung dari setiap lirik lagu sekar rare tersebut, misalnya:
4.3.1
Jenggot uban
Dalam
lagu ini biasanya dimainkan dengan menggerakkan badan, kaki, kepala, tangan sambil menyentuh tubuh sendiri sambil
mengikuti apa yang ada di dalam tembang anak tersebut , keserasian dari orang
tua itu ada rambut, ada kumis, ada jenggot, ada kales dia tidak pernah
memperhatikan membersihkan diri dan
lebih banyak menekuni kewajibannya
sebagai orang tua dia tidak bersolek kagi dia tidak terkena pengaruh
duniawi karena sudah sebagai kakek, itu
berarti mengurangi kegiatan untuk mencari duniawi, karena sudah masuk kealam
wanaprasta dia harus banyak mendidik, membina bawahannya yaitu anak, cucu untuk
mengarahkan kearah kebenaran, itu mencerminkan bahwa orang tua itu memiliki pengalaman
yang banyak dari pada anak- anak, maka dari itu sebagai seorang anak harus
banyak – banyak bertanya kepada orang yang pengalamannya lebih banyak untuk
dijadikan pedoman dalam menghadapi hidup ini dari sejak dini
4.3.2
Lagu Siap Sangkur
Didalam lagu siap sangkur ini terdapat
makna bahwa kita sebagai manusia harus memiliki sifat rendah hati dan tidak
sombong terhadap orang lain. Dengan demikian dalam lagu ini hendaknya anak-anak
selalu ditekankan agar sadar dengan kemampuan yang mereka dimiliki.
4.3.3
Lagu purti cening ayu
Lagu putri cening ayu mempunyai pesan
dimana seorang anak tidak boleh alpaka guru terutama pada guru rupaka. Dimana
orang tua terutama ibulah yang melahirkan kita. Sebagai seorang anak sudah
sepantasnya kita membantu ibu. Dalam lagu ini membatu orang tua lah yang
ditekankan.
Beliau
juga menjelaskan bahwa Melalui sekar rare pula anak-anak dapat melestarikan
kebudayaan daerah Bali karena dengan memperajari sekar rare yang termasuk dari
kesenian daerah yang patut dilestarikan mulai sejak anak-anak hingga
dewasa. Selain itu juga melalui sekar
rare anak-anak dapat belajar Bahasa Bali sesuai
dengan anggah-ungguhin basa karena Bahasa Bali adalah bahasa ibu yang
patut di lestarikan.
Beliau
juga mengatakan bahwa sekar rare mempunyai dampaknya cukup besar bagi
pendidikan anak usia dini karena didalam syair sekar rare tersebut memberikan
suatu petuah-petuah seperti budi pekerti sehingga kedepannnya diharapkan
anak-anak agar menjadi orang yang berguna dan berbakti kepada orang tua dan
juga lingkungannya
4.3.4
Lagu meong-meong
Pada
saat memainkan lagu meong – meong ini biasanya
secara bersama-sama membentuk
sebuah lingkaran dimana yang ada di dalam lingkaran adalah tikus dan diluar
lingkaran adalah kucing. Tikus disini adalah binatang pencuri yang tidak baik
untuk ditiru, sedangkan kucing adalah hewan yang akan menangkap tikus yang suka
mencuri. Dalam permainan ini si kucing dalam perjuangannya menangkap tikus
selalu dihalangi oleh lingkaran yang mengelilingi tikus ini berarti bahwa dalam
nelakukan sesuatu kebaikan pastilah ada halangan atau rintangan tetapi jangan
mudah menyerah harus selalu berjuang untuk kebaikan.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan mengenai
Penerapan Sekar Rare Sebagai Media Pembentukan Karakter terhadap Umat Hindu di
Bali, maka dari itu dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
5.1.1
Sekar
rare merupakan jenis nyanyian anak-anak
yang menggunakan bahasa bali yang sederhana yang mudah untuk dimengerti
oleh anak-anak. sekar rare merupakan nyanyian yang menggambarkan tentang
kehidupan anak-anak yang bersifat ceria dan penuh dengan kesenangan. Dimana
gending rare memiliki tiga jenis yaitu gending sang hyang, dolanan, dan gending
jejangeran.
5.1.2
Adapun
nilai-nilai yang terkandung didalam setiap bait sekar rare tersebut yaitu
didalam lagu Jenggot uban
Kaki –
kaki de ngude mebok,
di beten
cunguhe teken di jagute,
neked ke
pipine bek misi ebok,
buin
putih buka kapase.
Makna dari lagu jenggot uban ini adalah
dalam sekar rare ini, pembentukan karakter yang tertuang dalam lagu jenggot
uban adalah ( 1 )memberikan pendidikan kepada anak- anak bahwa perlu kita
menghargai orang tua, itu adalah ethika ,
(2) orang tua itu pengalaman hidupnya sudah banyak dari yang pahit
getirnya, kita untuk harus banyak meminta tuntunan, untuk mengarungi kehidupan
dari anak – anak menjadi remaja, dari
remaja menjadi dewasa, dari dewasa menjadi tua, (3) keserasian dari orang tua
itu ada rambut, ada kumis, ada jenggot, ada kales dia tidak pernah
memperhatikan membersihkan diri dan
lebih banyak menekuni kewajibannya
sebagai orang tua dia tidak bersolek kagi dia tidak kena pengaruh duniawi karena sudah sebagai kakek, itu berarti
mengurangi kegiatan untuk mencari duniawi, karena sudah masuk kealam wanaprasta
dia harus banyak mendidik, membina bawahannya yaitu anak, cucu untuk
mengarahkan kearah kebanaran. Setelah kita menjadi orang tua tetap memberikan
ajaran kebenaran walaupun anak itu anak kita kalau dia itu sudah kita
salahkan, tidak boleh memanjakan anak
itu kalau anak itu salah, salah dia tidak ditegur berarti orang tuanya yang
salah, kesimpulannnya orang itu harus mengerti dengan ajisesana dan anak itu
melaksanakan yang disebut putrasesana. Dalam gendingan rare ini bagaimana
menjadi seorang tua terhadap anak, dan bagaimana seorang anak terhadap orang
tua.
Sekar rare sangat
berperan sangat penting didalam peningkatan mutu pembentukan karakter umat
Hindu di Bali. menurut narasumber Drs. I. B. Putu Sudarsana, MBA. MM yang
merupakan Parisadha Dharma Hindu Bali yang bertembat tinggal di Desa Selat,
Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung mengatakan bahwa melalui gendingan atau
nyanyian sekar rare dapat memberi pendidikan budhi pekerthi dan nilai keagamaan
terhadap perkembangan karakter umat Hindu di Bali. Karena dalam masa anak-anak
adalah masa bermain pada saat masa bermain inilah anak di tanamkan
ajaran-ajaran keagamaan, moral, etika atau budhi pekerti, dan sosial melalui
makna yang terkandung dari setiap lirik lagu sekar rare tersebut. Diamana dalam
nyanyian sekar rare ini menggunakan bahasa bali yang mudah untuk dipahami oleh
anak-anak sehingga anak-anak dengan mudah menyanyikannya. Sekar rare juga
merupakan nyanyian yang digunakan untuk memuji anak kecil supaya tidak
nangis. Sekar rare juga mengandung
nilai-nilai agama dan ethika yang perlu diterapkan kepada anak-anak.
5.2 Saran
Berdasarkan
kesimpulan diatas sekar rare merupakan media untuk meningkatakan pembentukan pendidikan
karakter terhadap anak – anak khususnya di Bali, oleh karena itu disarankan
kepada orang tua untuk mendidik anak-anak melalui pendidikan sekar rare dan
memberikan makna – makna dari sekar rare tersebut, selain itu juga melalui
sekar rare, kita dapat melatih anak untuk belajar menggunakan bahasa bali yang
baik dan yang sesuai dengan anggah ungguhin basa. Dan juga sekar rare dapat
digunakan sebagai media untuk melestarikan kebudayaan bali agar kebudayaan yang
ada di Bali tidak hilang akibat dari perkembangan atau kemajuan jaman yang
semakin modern ini , maka dari itu sebagai umat Hindu di Bali kita harus
melestarikan bahasa bali termasuk gegendingan sekar rare karena bahasa bali
merupakan bahasa ibu dan mencerminkan karakter atau ciri khas kebudayaan umat
Hindu dibali. Untuk menjaga kebudayaan tersebut perlu diadakan kesenian Bali
baik dalam tembang, tari dan sebagainya tentunya kesenian yang merupakan ciri
khas Bali.
.
update lagi blognya bli /mbok
BalasHapus