Kamis, 15 Januari 2015

Metodologi Penelitian - Sekar Rare

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
            Pendidikan merupakan peranan yang sangat penting, dilihat dari pengertian pendidikan tersebut, yaitu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan  manusia yang cerdas dan memiliki watak atau karakter bangsa yang bermutu, juga untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara ( Sindiknas, 2003 : 3 ). Pendidikan merupakan wadah dalam meningkatkan sumber daya manusia agar tujuan pendidikan dapat dicapai. Pendidikan adalah lembaga dan usaha perkembangan watak bangsa, pendidikan merupakan bidang yang mempunyai kedudukan paling tinggi kebenarannya di berbagai negara manapun. Tinggi rendahnya suatu kemajuan suatu bangsa di pengaruhi oleh faktor pendidikan, karena kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai melalui penataan pendidikan yang baik.
            Dalam  perkembangan jaman ini semangat reformasi menambah dan menjiwai seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. semakin pesat kemajuan teknologi diberbagai bidang membawa tantangan yang sangat berat bagi perkembangan pendidikan reformasi tidak hanya berarti perubahan atau pembaharuan dalam seluruh aspek hidup, tetapi lebih mendasar lagi, sesuai dengan kondisi dan perkembangan pada era keterbukaan atau globalisasi dewasa ini. Pendidikan sebagai bagian dari kebutuhan pokok masyarakat yang tidak bisa lepas dari tuntunan reformasi di bidang pendidikan tidak hanya menyangkut perubahan fisik, tetapi lebih merupakan visi, misi dan persepsi reformasi etika, moral dan keterampilan.
          Dalam rangka mewujudkan tujuan dari pendidikan nasional, maka sekolah yang merupakan lembaga pendidikan formal adalah tempat membentuk manusia yang cerdas, trampil dan berwawasan luas, sehingga dapat menjadikan sumber daya manusia yang berkualitas. Peranan yang sangat sentral dalam dunia pendidikan. Seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan untuk menginterprestasikan, memahami dan menjabarkan isi kurikulum sebagai pedoman  dalam menyelenggarakan proses belajar mengajar secara optimal.
            Terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah salah satunya adalah melalui pendidikan. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang termuat pada UU RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab II pasal 3, dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dan peradaban yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, madiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab.
            Berpijak dari tujuan pendidikan diatas, mengandung makna bahwa berfungsi dari sistem pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak, peradaban bangsa yang berandaskan  ethika  dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, sedangkan tujuan pendidikan nasional seperti yang dikemukakan diatas untuk mengembangkan potensi peserta didik. Jadi tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengarahkan dan mengembangkan potensi yang ada pada diri peserta didik.
            Untuk membentuk karakter manusia yang bermoral dan berethika, pendidikan akan lebih tepat dan baik diberikan kepada manusia sejak usia dini atau pada saat kanak – kanak. Tujuan dari pendidikan adalah mengarahkan anak kearah yang lebih baik terkait dengan pemberian pendidikan kepada anak dalam ruang lingkup informal, maka yang berkewajiban sebagai pendidik adalah orang tua. sebagai orang yang terdekat dengan si anak sangat yang berperan dalam mendidik serta membentuk kepribadian anak menuju tahap kedewasaan dengan harapan putra – putri mereka kelak menjadi anak yang berbudhi pekerthi yang luhur. Tradisi mendidik anak dalam masyarakat bali selalu melibatkan unsur estetika dengan menggunakan media berupa seni sastra salah satunya dalam bentuk tembang yang berisikan nilai - nilai pendidikan.
            Seiring berjalannya waktu kesusastraan tembang yang berkembang dalam kehidupan masyarakat Bali di antaranya : sekar rare, sekar  alit, sekar madya, dan sekar agung. Sekar rare merupakan salah satu sastra tembang yang sifatnya kreatif yang dapat ditembangkan  serta dapat dikalabolarasikan dengan permainan traditional untuk anak – anak sepermainannya.
            Sekar rare atau gegendingan rare yang ditembangkan atau dilantunkan akan menciptakan gambaran dari penembang maupun penikmatnya. Banyak nilai yang terdapat didalam seni sastra tembang karena dapat dijadikan pedoman hidup. Ada nilai luhur yang tersurat dan tersirat dalam lagu – lagu yang dinyanyikan bahwasannya seni begitu hebat dimana ketika seni telah merasuk dalam jiwa, maka seni akan mampu membina jiwa. Hal ini terbukti ketika seorang ibu melantunkan gending rare saat menimang anaknya agar sianak terditur dan tidak menangis.
            Dalam mencermati hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengembangkan dan menggali nilai – nilai yang terdapat dalam sekar rare tersebut dan menerapkan kepada anak – anak pada usia dini maupun anak sekolah dasar, karena aspek – aspek nasehat yang ada di dalam sekar rare sangat erat dengan aspek sradha dan bhakti. Maka dari itu, peneliti mengangkat judul, Sekar Rare Sebagai Media Peningkatan Mutu pendidikan Karakter Terhadap Umat Hindu di Bali.

1.2  Rumusan Masalah
1.2.1    Apa sajakah jenis – jenis sekar rare dalam masyarakat di Bali  ?
1.2.2    Nilai – nilai karakter apa sajakah yang terdapat dalam sekar rare ?
1.2.3   Bagaimana sistem pembentukan karakter umat Hindu di Bali melalui sekar rare ?

1.3  Tujuan
1.3.1        Tujuan Umum
                 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan nilai – nilai karakter pada anak anak. Selain itu juga penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai acuan agar mampu menciptakan karakter masusia yang bermoralitas dan mampu mengembangkan nilai – nilai pendidikan yang dapat menumbuh kembangkan jiwa pada anak - anak
1.3.2        Tujuan Khusus
                 Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian sekar rare ini adalah untuk mengetahui jenis – jenis sekar rare dan untuk  mengetahui nilai – nilai yang terkandung  didalam sekar rare tersebut . Nilai yang terkandung dalam sekar rare agar dapat membentuk karakter yang bermoral baik pada anak – anak bagi umat Hindu yang ada di Bali Kususnya.
1.4  Manfaat
Penelitian ini diharapkan berguna sebagai landasan untuk pengembangan ilmu pengetahuan mengenai pembentukan karakter yang manusia bermutu berlandaskan sastra ajaran Agama dan sebagai pelestarian kebudayaan yang ada di Bali. Selain itu penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk  menambah wawasan serta menambah bahan bacaan dan dijadikan pedoman untuk penelitian berikutnya. Manfaat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu :
1.4.1        Manfaat Teoritis
Dalam hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi perkembangan Kebudayaan pada umumnya dan Pendidikan Karakter  umat Hindu di Bali pada khususnya. Penelitian  ini juga dapat dijadikan pedoman bagi peneliti dan juga bagi para ahli kebudayaan untuk melestarikan kebudayaan yang ada di Bali dengan menerapkan Sekar Rare dalam pembentukan karakter anak sejak dini.
1.4.2        Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat dijadikan acuan atau pedoman masyarakat untuk mengembangkan pendidikan karakter pada anak- anak dan juga melestarikan kebudayaan di Bali Khususnya seni suara.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN TEORI

2.1  Kajian Pustaka
           Kajian pustaka yang akan dikaji dalam mendukung penelitian ini, baik dalam bentuk pustaka, berupa buku, karya tulis atau skripsi, yang dipandang perlu dan bermanfaat dalam upaya melaksanakan penelitian ini. Dalam penelitian ini, penulis gunakan sebagai perbandingan, mencari sumber pendukung ( panduan ) yang terkait dengan penelitian ini. Berdasarkan studi kepustakaan, maka ditemukan beberapa sumber pustaka yang mendukung penulis dalam melakukan suatu penelitian. Sumber data kepustakaan yang dipakai oleh peneliti akan dapat bermanfaat sebagai pendukung atau pustaka pembanding, sehingga menunjukan perbedaan arah penelitian untuk menghindari kesamaan kajian dalam penelitian. Adapun kajian pustaka yang digunakan sebagai kajian pustaka adalah hasil penelitian maupun buku yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.
           Wedari dalam penelitiannya yang berjudul nilai – nilai religi dalam sekar rare pada tahun 2009, yang menyatakan bahwa peranan sekar rare sebagai media pendidikan yang meliputi : peranan sebagai media pengenalan struktur bahasa, pengenalan lingkungan hidup, pengenalan alam, penanaman ethika dan sebagai media pembentukan karakter. Nilai – nilai yang terdapat di dalam sekar rare meliputi : nilai pendidikan religi terkait dengan konsep karma phala, etika dan budhi pekerthi.
           Artini dalam penelitiannya yang bejudul eksistensi kursus upakara dalam peningkatan mutu pendidikan agama hindu di yayasan dharma acarya tahun 2009,  karya tulis ini sebagai penunjang dalam penelitian, yang menekankan peningkatan mutu pendidikan beragama, dan berethika.
Kontribusi terhadap penelitian yang dilakukan adalah sebagai bahan pebandingan peneliti dalam mengkaji nilai – nilai gending rare dalam proses pendidikan disekolah
 I Nyoman Suda Supartha, dkk (2002), dalam bukunya ynag berjudul “ Agama Hindu” menjelaskan bahwa sekar rare merupakan nyanyian atau lagu-lagu yang juga disebut gegendingan, yang biasa dinyanyikan oleh anak-anak dan dipakai sebagai pengiring gambelan dengan menggunakan bahasa daerah, memakai sajak bebas, dan isinya sebuah cerita sampai selesai, setiap lagu punya nama tersendiri dan didalamnya selalu diselipkan ajaran-ajaran susila.
             I Ketut Maruta, dkk ( 2007 ), dalam bukunya yang berjudul “Widya Dharma Agama Hindu” sekar rare merupakan nyanyian atau lagu-lagu yang lirik atau baitnya mengandung pesan-pesan moral, budi pekerti serta cerita-ceritanya tentang tingkah laku atau kesusilaan dan pengetahuan.
           Wayan Budha Gautama ( 2007 ) dalam bukunya yang berjudul “Penuntun Pelajaran Gending Bali” menjelaskan bahwa gending rare juga disebut sekar rare. Ada pula yang mengatakan dolanan. Kata dolanan ini berasal dari bahasa jawa, yang kini sudah sangat popular dimedia pendidikan dimasyarakat Bali.

2.2  Konsep
           konsep merupakan salah satu syarat yang ada dalam kegiatan penelitian yang mampu menggambarkan sejumlah variable terhadap topik – topik yang diteliti. Konsep adalah istilah yang merujuk pada suatu pengertian tertentu. Konsep berarti suatu makna yang berada di dalam pikiran atau di dunia kepahaman yang dinyatakan kembali dengan sarana lambang perkataan atau kata – kata. Konsep adalah istilah yang terdapat dalam judul yang perlu dijelaskan kepada pihak lain. Yang perlu dijelaskan dalam penelitian ini merupakan istilah yang digunakan terutama untuk menuntun serangkain proses penelitian dan sekaligus mengkomunikasikannya kepada pihak lain. Konsep dapat memberi batasan yang jelas dari apa yang diteliti.
           Fungsi dari pada konsep adalah untuk menyederhanakan arti kata ataupun pemikiran tentang ide – ide atau hal – hal yang digunakan, agar orang lain yang membacanya dapat segera memahami maksudnya sesuai dengan konsep yang digunakan dalam penelitiannya. Berdasarkan beberapa pemaparan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan rancangan dari sebuah penelitian yang dapat membentuk teori – teori sehingga akan dapat membentuk definisi yang kongkrit.
           Berdasarkan hal tersebut maka konsep yang akan diuraikan dalam penelitian ini adalah Sekar Rare Sebagai Media Peningkatan Mutu pendidikan Karakter Terhadap Umat Hindu di Bali

Dalam perkembanganya di Bali, sastra tembang disebut juga Dharmagita. Dharmagita berasal dari bahasa Sansakerta dan terdiri dari dua kata yakni Dharma dan Gita. Dharma artinya kebenaran/kebaikan, kewajiban, hukum, aturan. Sedangkan Gita artinya nyanyian/lagu. Jadi Dharmagita adalah nyanyian atau kidung suci keagamaan yang merupakan salah satu bagian dari sad dharma sebagai kewajiban dalam pelestarian seni budaya Hindu. Dharma Gita juga diartikan sebagai  suatu seni keagamaan yang menggunakan media suara atau vocal dalam agama Hindu. Di dalamnya terdapat syair-syair yang sudah di ringkas sedemikian rupa dan penuh dengan ajaran keagamaan, kemudian dilantunkan dengan suara yang amat mempesona. Dharmagita sangat berperan dalam kegiatan upacara agama sebagai pencurahan perasaan bakti dan pembimbing pikiran menuju suatu kebenaran. Hal ini dikarenakan Dharmagita mengandung ajaran agama, susila, tuntunan hidup, dan pelukisan kebesaran Tuhan dalam berbagai manifestasiNya. Jenis Dharmagita terdiri atas enam jenis, yaitu (1) sloka dan sruti, (2) palawakya, (3) sekar agung, (4) sekar madia, (5) sekar alit, dan (5) sekar rare. Dalam jenis – jenis dharmagita memiliki peranan dan fungsi tertentu, baik dalam sepiritual maupun hiburan, seperti halnya sekar rare sebagai nyanyian hiburan terhadap anak – anak tapi didalam gegendingan tersebut terdapat nilai – nilai pendidikan karakter terhadap anak. Sekar Rare (gegendingan) tidak memakai uger-uger, menggunakan kata-kata bahasa Bali lumrah. Sekar Rare (gegendingan) itu dipakai oleh anak-anak pada saat bermain pada bulan purnama. Yang termasuk kelompok Sekar Rare (gegendingan) yaitu: (1) Gegendingan (dolanan), antara lain: guak maling taluh, juru pencar, galang bulan, Putri cening ayu dan lain sebagainya; (2) Jejangeran antara lain: Embok Nyoman, Don Dapdap, dan yang lainnya; (3) Gending Sangiang antara lain: Kukus Arum, Sangiang Dedari, dan yang lainnya.

2.3  Media Peningkatan Mutu pendidikan karakter

Media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan dan perhatian anak didik untuk tercapainya tujuan pendidikan.

Mutu berkaitan dengan tingkah laku atau segala aspek kehidupan manusia yang bersifat nyata, mutu tersebut pada pada hakikatnya juga berlandaskan pada kuantitas, kualitas, aksi, relasi, ruang maupun waktu.

Pendiddikan Karakter adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi, watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang  terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan  karakter bangsa merupakan suatu ajaran mengenai pendidikan moral, budi pekerti yang luhur dengan harapan mencapai perkembangan kepribadian sikap mental dan budi pekerti yang luhur dengan jalan mengamalkan ajaran – ajaran atas kebenaran

2.4  Umat Hindu

adalah agama yang kebanyakan dianut oleh orang bali. Agama hindu di bali mengguakan dharmagita sebagai sarana untuk menghubungkan diri dengan tuhan karena dengan melantunkan dharmagita membawa keheningan dalam pelaksanaan upacara keagamaan.

2.5  Teori
           Teori merupakan hasil penting dalam memecahkan suatu permasalahan dalam penelitian ilmiah, yang berfungsi untuk menganalisis permasalahan dari suatu penelitian. Suatu penelitian akan berhasil dengan baik apabila didasarkan atas dasar – dasar teori dan didukung oleh literatur yang memadai. Dalam penelitian karya sastra diperlukan landasan pijak yang pasti, sehingga tujuan yang diinginkan tidak lepas dari patokan – patokan sebuah teori. Landasan teori yaitu landasan yang berupa hasil perenungan terdahulu yang berhubungan dengan masalah dalam penelitian dan bertujuan mencari jawaban secara ilmiah. Teori berfungsi sebagai alat untuk memecahkan masalah. Oleh karena itu, dalam mempergunakan teori sastra haruslah dipilih teori yang relevan dengan tujuan penelitian.
           Yang dimaksud dengan teori secara umum adalah suatu sistem ilmiah atau pengetahuan sistematik yang menetapkan pola pengaturan hubungan antara gejala – gejala yang diamati. Teori berisi konsep atau uraian tentang hukum – hukum umum suatu objek ilmu pengetahuan dari suatu titik pandang tertentu, karena itu teori sebagai perenungan yang mendalam, tersistem, dan terstruktur terhadap gejala – gejala alam berfungsi sebagai pengarah dalam kegiatan telah atau penelitian ( Gunawan, 2003 : 10 )
Riduwan ( dalam Agus, 2009 : 25 ) menyatakan bahwa teori adalah suatu ilmu yang relevan yang dapat digunakan untuk menjelaskan tentang variabel yang akan diteliti sebagai dasar untuk memberikan jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan ( hipotesis ) serta penyusunan instrumen penelitian.
           Manfaat dari teori adalah untuk mensistematiskan dan mengorganisasikan pengalaman sehari hari, serta dari kesistematisan pengorganisasian pengalaman sehari -  hari kemudian diharapkan dapat mengembangkan suatu hipotesa khusus yang diberikan kepada tes empirik melalui proses penelitian. Teori merupakan konsep yang paling berkaitan yang berupaya menemukan serta menjelaskan sebab akibat dari suatu fenomena, yang dapat diamati. Kedudukan teori dalam penelitian sangat penting, terutama penelitian yang digunakan untuk tesis dan desertasi, bahkan bobot yang digunakan sangat ditentukan oleh teori yang digunakan peneliti.

2.6  Teori Fungsional

   Menurut Malinowski (Artadi, 2009:143) mengatakan bahwa aktivitas manusia berhubungan dengan kebutuhan hidupnya. Aktivitas itu meliputi aktivitas religi, aktivitas seni, aktivitas hukum, aktivitas ekonomi, teknologi dan aktivitas yang berhubungan dengan kesehatan fisik. Jadi inti dari teori ini adalah segala aktivitas kebudayaan itu bermaksud memuaskan kebutuhan manusia yang berhubungan dengan seluruh hidupnya.
Menurut Kaberry (dalam sokaningsih, 2007:34) mengatakan bahwa masalah fungsi memiliki kaitan dengan fungsi sosial yang dibedakan atas tiga tingkat abstraksi yaitu: 1). Fungsi sosial dari suatu masyarakat atau adat, pranata sosial atau unsur kebudayaan, pada tingkat abstraksi pertama pengaruh dan efeknya pada adat serta tingkah laku manusia, 2). Fungsi sosial dari suatu adat, pranata sosial atau unsure kebudayaan pada kebudayaan pada tingkat abstraksi kedua mengenai pengaruh dan efeknya terhadap kebutuhan suatu adat atau pranata lain untuk mencapai maksudnya seperti yang dikonsepsikan oleh warga masyarakat bersangkutan, 3). Fungsi sosial dari suatu adat, pranata sosial atau unsure kebudayaan pada tingkat abstraksi ketiga mengenai pengaruh dan efeknya terhadap kebutuhan mutlak untuk berlangsungnya secara terintegrasi dari suatu sistem sosial tertentu. Unsur kebudayaan tersebut diharapkan mampu untuk membrikan suatu kepuasan kebutuhan naluri manusia dalam kehidupan sehari-hari. selain hal tersebut fungsi juga mengandung arti sebuah kegunaan, yaitu kegunaan dari suatu benda dalam kehidupan sosial masyarakat.
      Teori tersebut sangat relevan dengan penelitian yaitu  tentang fungsi Dharmagita sebagai sarana pelengkap dalam upacara keagamaan dibali.

2.7  Teori Religi
Menurut teori ini bahwa suatu kepercayaan yang dijalankan oleh manusia lewat suatu agama tertentu merupakan suatu kebudayaan hasil budidaya manusia untuk mendekatkan diri dengan Tuhan. Teori religi menurut Frazer menyatakan bahwa mula-mula manusia percaya dengan adanya ilmu gaib untuk memecahkan masalah hidupnya. Kemudian lambat laun mengalih kepada religi adalah segala sistem tingkah laku manusia untuk mencapai suatu maksud dengan cara menyadarkan diri kepada kemauan dan kekuasaan. Religi berhubungan dengan keyakinan yang diimplementasikan melalui aktivitas pemujaan. Dalam religi atau agama terdapat tiga azas gagasan penting yakni pertama, selain keyakinana, upacara juga merupakan perwujudan dari religi atau agama. Kedua, upacara religi mempunyai fungsi sosial antar warga masyarakat. Ketiga, upacara bersaji merupakan aktifitas untuk mendorong solidaritas dengan dewa-dewa (koencaraningrat, 1990: 67-68). Karena itu Dharmagita merupakan bagian dari keagamaan yang dipergunakan sebagai pelengkap upacara keagamaan yang berfungsi sebagai nyanyian pemujaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2.8  Teori Estetika
Menurut Gie (2004: 49-51) menguraikan tentang teori estetika atau teori keindahan bahwa dalam estetika terdapat  kelompok teori yang terkenal yaitu teori subjek, dan teori objek. Teori subjek ini dianut oleh Henri Home, Earl of Sharftesbury dan Edmund Burke menurut mereka adanya suatu keindahan semata-mata tergantung pada penerapan dari pengamat (subjek).
Teori objek yang dianut oleh Plato, Hegel, dan Bernad Bosanquet menyatakan bahwa keindahan atau ciri-ciri yang menciptakan nilai estetika adalah sifat yang memang telah melekat pada indah itu sendiri, terlepas dari orang yang mengamatinya.
Soedarso , (2006: 2) menyebutkan bahwa didalam seni, manusia mengekpresikan ide-idenya, pengalaman keindahan atau estetikanya. Seni adalah segala kegiatan dan hasil karya manusia yang mengutarakan pengalaman batinnya yang disajikan secara unik dan menarik, bukan untuk memenuhi hasrat kebutuhan hidup yang paling pokok, melainkan oleh kebutuhan spiritualnya. Jiwa manusia yang bergetar, yang terharu itulah yang melahirkan karya seni.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Pengumpulan Data Penelitian
Metode pengumpulan data merupakan cara atau alat yang dipergunakan untuk mendapatkan hasil-hasil penelitian.  Metode berarti cara untuk mengasilkan fakta – fakta dan teori – teori yang tersusun baik untuk sesuatu, sedangkan penelitian adalah suatu proses yaitu suatu rangkian langkah – langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis guna mendapatkan pemecahan masalah atau mendapatkan jawaban terhadap pernyataan – pernyataan tertentu ( suryabrata 2003 : 10 ). Keberadaan metode hendaknya dapat dipercaya sebagaimana suatu acuan yang dapat digunakan secara berulang – ulang dengan ketepatan atau kepastian keberhasilan yang cukup tinggi ( Deddy Karyanto, 2003 : 144 ).
Sedangkan menurut Narbuko dan Abu Achmadi ( 2001 : 1 ) disebutkan bahwa metodologi penelitian adalah cara melakukan suatu dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan melalui kegiatan mencari, mencatat, merumuskan dan menganalis sampai menyusun laporan. Untuk memperoleh hasil yang valid dalam suatu penelitian, maka sangat diperlukan adanya metode penelitian, sehingga hasil yang diperoleh akan dapat dipertanggung jawabkan.
Ahli lain juga menyebutkan bahwa metode sangat vital peranannya dalam menentukan keberhasilan suatu penelitian. Karena metode adalah tuntunan apa yang harus dilakukan, bagaimana melakukan suatu tindakan dan proses apa saja yang harus dilewati dalam suatu penelitian. Metode akan menjadi panduan utama bagi jalannya suatu penelitian ( sutanto, 2005 : 72 )
Penelitian kualitatif, lebih sering menggunakan cara observasi dan wawancara dalam pengumpulan data, atau dengan menggunakan sumber lain  yaitu catatan kepustakaan. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :
3.1.1        Teknik Oservasi
Metode observasi adalah aktivitas sempit yaitu memperhatikan sesuatu dengan mata di dalam pengertian psikologi observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan meliputi kegiatan pemusatan pikiran terhadap suatu objek dengan menggunakan  seluruh alat indra ( arikunto, 1989 : 128 ). Metode observasi adalah pengamatan dan percatatan data secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian, pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek di tempat berlangsungnya peristiwa ( Margono, 1993 : 158 ). Jika ditinjau dari segi kedudukan petugas observasi dapat dibedakan sebagai berikut : (1) Observasi Partisipasi yaitu orang yang melakukan observasi disebut ikut ambil bagian dalam situasi yang diamatinya atau berada dalam lingkungan orang – orang yang akan diamati ( Sugiyono, 1999: 139), (2) Observasi Non Partisipasi yaitu orang apabila orang – orang melakukan observasi itu berada diluar situasi yang diamati atau diluar lingkungan orang – orang yang diamati, (3) Observasi Kuasi Partisifasi yaitu observasi yang dilakukan hanya terbatas pada beberapa situasi tertentu saja.
   Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi non partsipasi karena peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen.
3.1.2        Teknik Wawancara
Wawancara adalah pengumpulan data yang diperoleh melalui dialog tatap muka antara penyelidik dan orang yang diselidiki ( Sudikan, 2002: 37 ) berdasarkan definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan wawancara adalah suatu cara untuk mengumpulkan data dengan jalan melakukan tanya jawab secara lisan dan sistematis, baik langsung maupun tidak langsung antara pencari informasi dan pemberi informasi.
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur. Wawancara terstruktur adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan bila pengumpulan data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh ( sugiyono, 1999 : 130). Wawancara tidak tersruktur adalah wawancara yang bebas, dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoaman wawancara yang digunakan hanya berupa garis – garis besar permasalahan yang akan ditanyakan ( sugiyono, 1999 : 132). Sesuai dengan pernyataan tersebut, wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur dan mendalam, karena dalam penelitian ini pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis – garis besar permasalahan terkait dalam penelitian ini.
3.1.3        Kepustakaan
Kepustakaan digunakan dalam penelitian agar mendapatkan suatu data yang lengkap. Menurut Suharsini-Arikunto (2006:235), menyatakan bahwa dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode dimana peneliti harus mendalami, mencermati, menelaah dan mengidentifikasi pengetahuan yang ada dalam kepustakaan, seperti buku-buku, kamus atau hasil penelitian yang lainnya sebagai bahan untuk melengkapi hasil penelitian ini.
3.2      Analisis Data
     Menurut Bodga (2006) menjelaskan bahwa analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara data secara sistematis yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan lainnya sehingga mudah untuk dipahami. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan dari sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan dan selesai dilapangan. Analisa telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun kelapangan dan bderlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Penganalisisan data dalam penelitian kualitatif lebih difokuskan selama proses dilapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Data yang di peroleh dari penelitian setelah terkumpul akan dipilah terlebih dahulu dan segera digarap oleh peneliti yang akan mengolah data tersebut.
Sesuai dengan karakteristik penelitian ini, maka analisis data dimulai sejak awal. Penelitian sejak awal sudah membentuk hipotesis kerja yang diuji kebenarannya dengan memperoleh data melalui observasi, wawancara, dan kepustakaan.analisis data adalah proses menyusun, mengkatagorikan data, mencari pola atau tema dengan maksud untuk memahami maknanya.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1  Jenis-Jenis Sekar Rare dalam Masyarakat Hindu Di Bali
Dalam Sekar rare sering disebut dengan Gending Rare yang merupakan nyanyian yang umumnya di nyanyikan oleh anak-anak pada saat sedang bermain-main dengan orang tua, teman sepermainannya yang bersifat bahagia, ceria, dan mengembirakan. Jenis - jenis Sekar Rare dalam masyarakat Hindu di bali yaitu:
4.1.1        Dolanan
Dolanan adalah  salah satu jenis sekar rare yang memilik sifat yang kebanyakan ceria, gembira, dan lucu, namun ada juga yang mengandung unsur pendidikan budhi pekerti atau nasehat yang dapat mengembangkan potensi pada anak tersebut. Maka dari itu dolanan sering diterapkan dalam sekolah-sekolah dasar selain untuk kegembiraan juga sebagai sarana pendidikan budhi pekerti.
4.1.2        Gending Janger
Gending janger atau jejangeran merupakan suatu nyanyian yang dibawakan oleh penari janger atau kecak. Nyanyian ini adalah bagian dari Sekar Rare. Gending Janger berpatokan sama seperti Dolanan. Tema dari Gending Janger beraneka ragam mengikuti perkembangn zaman. Maka dari itu tema tarian janger terus berganti sesuai dengan perkembangan zaman ke zaman.
4.1.3        Gending Sang Hyang
Kata Sang Hyang, berarti yng mulia atau yang dimuliakan, atau juga bisa berarti Dewata, yakni sinar suci atau prabawa (manifestasi) Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Gending Sang Hyang dilantunkan guna menurunkan atau menuntun para Dewata, melalui para penari Sang Hyang. Penari-penari Sang Hyang terdiri dari anak-anak dibawah umur atau dalam Bahasa Bali disebut Tonden Menek Bajang. Anak-anak yang dimaksud adalah anak wanita, selain anak wanita ada juga penari Sang Hyang yang terdiri dari anak laki-laki yakni penari Sang Hyang Jaran.

4.2 Nilai-Nilai Karakter yang Terdapat dalam Sekar Rare
Dalam sekar rare atau gendingan rare terdapat nilai – nilai pendidikan karakter. Nilai  Sekar Rare merupakan nilai-nilai yang harus di terapkan pada anak-anak untuk membentuk karakter anak sejak dini. Adapun nilai karakter yang terdapat dalam masing-masing  bait lagu sekar rare yaitu:
4.2.1        Jenggot uban
Kaki – kaki de ngude mebok,
di beten cunguhe teken di jagute,
neked ke pipine bek misi ebok,
buin putih buka kapase.
Makna dari lagu jenggot uban ini adalah dalam sekar rare ini, pembentukan karakter yang tertuang dalam lagu jenggot uban adalah ( 1 )memberikan pendidikan kepada anak- anak bahwa perlu kita menghargai orang tua, itu adalah ethika ,  (2) orang tua itu pengalaman hidupnya sudah banyak dari yang pahit getirnya, kita untuk harus banyak meminta tuntunan, untuk mengarungi kehidupan dari  anak – anak menjadi remaja, dari remaja menjadi dewasa, dari dewasa menjadi tua, (3) keserasian dari orang tua itu ada rambut, ada kumis, ada jenggot, ada kales dia tidak pernah memperhatikan membersihkan  diri dan lebih banyak  menekuni kewajibannya sebagai orang tua dia tidak bersolek kagi dia tidak kena pengaruh duniawi  karena sudah sebagai kakek, itu berarti mengurangi kegiatan untuk mencari duniawi, karena sudah masuk kealam wanaprasta dia harus banyak mendidik, membina bawahannya yaitu anak, cucu untuk mengarahkan kearah kebanaran. Setelah kita menjadi orang tua tetap memberikan ajaran kebenaran walaupun anak itu anak kita kalau dia itu sudah kita salahkan,  tidak boleh memanjakan anak itu kalau anak itu salah, salah dia tidak ditegur berarti orang tuanya yang salah, kesimpulannnya orang itu harus mengerti dengan ajisesana dan anak itu melaksanakan yang disebut putrasesana
4.2.2        Siap Sangkur
Siap sangkur di natahe noltol jangung gung gung,
siap srawah kakak – kekek nagih menang nang, nang,
awak lacur nagih ngelah motor sangkur,
awak pawah nagih milu makpak kacang cang, cang
Didalam lagu sekar rare ini tertuang nilai ke pada anak bahwa sebagai seorang anak itu tidak boleh sombong kepada orang lain dan bisa menghormati orang lain. Nilai pendidikan yang terkandung dalam sekar rare ini kalau tidak mampu janganlah sombong dan tahu etika terhadap orang lain.
4.2.3        Putri  Cening Ayu
Putri cening ayu,
ngijeng cening jumah,
meme luas malu,
ke peken meblanja,
apang ade daaran nasi.
Meme tiang ngiring,
ngijeng tiang jumah,
sambilange ngempu ajak tiang dadua dumulihne dong gagapin.
Dalam pembentukan karakter dalam sekar rare putri ayu ini, di mana seorang anak diajarkan untuk mematuhi nasehat orang tua dan diberikan tanggung jawab oleh ibunya, dia diberikan dimulai dari tanggung jawab sebagai seorang wanita apa yang harus disiapkan dirumah  pada saat ibunya pergi untuk mencari kehidupan untuk dibawa pulang, untuk menyambung kehidupan anak - anaknya , tidak mengingkari perintah dari orang tua dan apa yang dilakukan orang tua tersebut untuk anaknya juga dan dari segi pendidikan yang didapat dalam sekar rare ini kita tidak boleh membantah nasehat dari orang tua atau disebut pengendalian diri. ( Sudarsana, wawancara 11-juni-2014 ) 

4.2.4        Meong – meong
Meong – meong,
Alih je bikule,
Bikul gede – gede,
Buin mokoh – mokoh,
Kereng pesan ngerusuhin,
Juk meng juk kul.
Dalam sekar rare sistem pembentukan karakter yang tertuang dalam lagu meong – meong adalah untuk membentuk kepribaian anak  bagaimana menjadi seorang manusia itu harus bisa bijaksana dalam melakukan suatu perbuatan sesuai dengan kewajiban, dapat beriteraksi, bekomunikasi dengan kawan sepermainanya, dari segi nilai pendidikan kita diajarkan untuk membela kebenaran.
4.2.5        Juru Pencar
Juru pencar juru pencar
mai jalan mencar ngejuk ebe,
 be gede – gede  be gede – gede di sawana ajake liu
Dalam lirik lagu yang sederhana ini terkandung nilai perjuangan seorang nelayan yang harus tetap mencari penghidupan di laut dalam kondisi apapun. Hasil laut dapat di manfaatkan semaksimal mungkin untuk kepentingan bersama sesuai dengan kepentingan dan upaya yang dilakukan. Selain itu lagu ini menyiratkan nilai solidaritas social yang tinggi serta kearifan untuk mengetahui bagian-bagian dari laut yang menjadi tempat berkumpulnya ikan-ikan.

4.3 Sistem Pembentukan Karakter Umat Hindu di Bali melalui Sekar Rare
Sekar Rare sangat berperan dalam sistem pembentukan karakter Umat Hindu di bali karena menurut narasumber Drs. I. B. Putu Sudarsana, MBA. MM yang merupakan Parisadha Dharma Hindu Bali  mengatakan bahwa melalui gendingan atau nyanyian sekar rare dapat memberi pendidikan budhi pekerthi terhadap perkembangan karakter umat Hindu di Bali. Karena dalam masa anak-anak adalah masa bermain pada saat masa bermain inilah anak di tanamkan ajaran-ajaran keagamaan, moral, etika atau budhi pekerti, dan sosial melalui makna yang terkandung dari setiap lirik lagu sekar rare tersebut, misalnya:
4.3.1        Jenggot uban
Dalam lagu ini biasanya dimainkan dengan menggerakkan badan, kaki, kepala,  tangan sambil menyentuh tubuh sendiri sambil mengikuti apa yang ada di dalam tembang anak tersebut , keserasian dari orang tua itu ada rambut, ada kumis, ada jenggot, ada kales dia tidak pernah memperhatikan membersihkan  diri dan lebih banyak  menekuni kewajibannya sebagai orang tua dia tidak bersolek kagi dia tidak terkena pengaruh duniawi  karena sudah sebagai kakek, itu berarti mengurangi kegiatan untuk mencari duniawi, karena sudah masuk kealam wanaprasta dia harus banyak mendidik, membina bawahannya yaitu anak, cucu untuk mengarahkan kearah kebenaran, itu mencerminkan bahwa orang tua itu memiliki pengalaman yang banyak dari pada anak- anak, maka dari itu sebagai seorang anak harus banyak – banyak bertanya kepada orang yang pengalamannya lebih banyak untuk dijadikan pedoman dalam menghadapi hidup ini dari sejak dini
4.3.2        Lagu Siap Sangkur
Didalam lagu siap sangkur ini terdapat makna bahwa kita sebagai manusia harus memiliki sifat rendah hati dan tidak sombong terhadap orang lain. Dengan demikian dalam lagu ini hendaknya anak-anak selalu ditekankan agar sadar dengan kemampuan yang mereka dimiliki.
4.3.3        Lagu purti cening ayu 
Lagu putri cening ayu mempunyai pesan dimana seorang anak tidak boleh alpaka guru terutama pada guru rupaka. Dimana orang tua terutama ibulah yang melahirkan kita. Sebagai seorang anak sudah sepantasnya kita membantu ibu. Dalam lagu ini membatu orang tua lah yang ditekankan.
Beliau juga menjelaskan bahwa Melalui sekar rare pula anak-anak dapat melestarikan kebudayaan daerah Bali karena dengan memperajari sekar rare yang termasuk dari kesenian daerah yang patut dilestarikan mulai sejak anak-anak hingga dewasa.  Selain itu juga melalui sekar rare anak-anak dapat belajar Bahasa Bali sesuai  dengan anggah-ungguhin basa karena Bahasa Bali adalah bahasa ibu yang patut di lestarikan.
Beliau juga mengatakan bahwa sekar rare mempunyai dampaknya cukup besar bagi pendidikan anak usia dini karena didalam syair sekar rare tersebut memberikan suatu petuah-petuah seperti budi pekerti sehingga kedepannnya diharapkan anak-anak agar menjadi orang yang berguna dan berbakti kepada orang tua dan juga lingkungannya
4.3.4        Lagu meong-meong
Pada saat memainkan lagu meong – meong ini biasanya   secara bersama-sama membentuk sebuah lingkaran dimana yang ada di dalam lingkaran adalah tikus dan diluar lingkaran adalah kucing. Tikus disini adalah binatang pencuri yang tidak baik untuk ditiru, sedangkan kucing adalah hewan yang akan menangkap tikus yang suka mencuri. Dalam permainan ini si kucing dalam perjuangannya menangkap tikus selalu dihalangi oleh lingkaran yang mengelilingi tikus ini berarti bahwa dalam nelakukan sesuatu kebaikan pastilah ada halangan atau rintangan tetapi jangan mudah menyerah harus selalu berjuang untuk kebaikan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan mengenai Penerapan Sekar Rare Sebagai Media Pembentukan Karakter terhadap Umat Hindu di Bali, maka dari itu dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
5.1.1        Sekar rare merupakan jenis nyanyian anak-anak  yang menggunakan bahasa bali yang sederhana yang mudah untuk dimengerti oleh anak-anak. sekar rare merupakan nyanyian yang menggambarkan tentang kehidupan anak-anak yang bersifat ceria dan penuh dengan kesenangan. Dimana gending rare memiliki tiga jenis yaitu gending sang hyang, dolanan, dan gending jejangeran.
5.1.2        Adapun nilai-nilai yang terkandung didalam setiap bait sekar rare tersebut yaitu didalam lagu Jenggot uban
Kaki – kaki de ngude mebok,
di beten cunguhe teken di jagute,
neked ke pipine bek misi ebok,
buin putih buka kapase.
Makna dari lagu jenggot uban ini adalah dalam sekar rare ini, pembentukan karakter yang tertuang dalam lagu jenggot uban adalah ( 1 )memberikan pendidikan kepada anak- anak bahwa perlu kita menghargai orang tua, itu adalah ethika ,  (2) orang tua itu pengalaman hidupnya sudah banyak dari yang pahit getirnya, kita untuk harus banyak meminta tuntunan, untuk mengarungi kehidupan dari  anak – anak menjadi remaja, dari remaja menjadi dewasa, dari dewasa menjadi tua, (3) keserasian dari orang tua itu ada rambut, ada kumis, ada jenggot, ada kales dia tidak pernah memperhatikan membersihkan  diri dan lebih banyak  menekuni kewajibannya sebagai orang tua dia tidak bersolek kagi dia tidak kena pengaruh duniawi  karena sudah sebagai kakek, itu berarti mengurangi kegiatan untuk mencari duniawi, karena sudah masuk kealam wanaprasta dia harus banyak mendidik, membina bawahannya yaitu anak, cucu untuk mengarahkan kearah kebanaran. Setelah kita menjadi orang tua tetap memberikan ajaran kebenaran walaupun anak itu anak kita kalau dia itu sudah kita salahkan,  tidak boleh memanjakan anak itu kalau anak itu salah, salah dia tidak ditegur berarti orang tuanya yang salah, kesimpulannnya orang itu harus mengerti dengan ajisesana dan anak itu melaksanakan yang disebut putrasesana. Dalam gendingan rare ini bagaimana menjadi seorang tua terhadap anak, dan bagaimana seorang anak terhadap orang tua.
Sekar rare sangat berperan sangat penting didalam peningkatan mutu pembentukan karakter umat Hindu di Bali. menurut narasumber Drs. I. B. Putu Sudarsana, MBA. MM yang merupakan Parisadha Dharma Hindu Bali yang bertembat tinggal di Desa Selat, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung mengatakan bahwa melalui gendingan atau nyanyian sekar rare dapat memberi pendidikan budhi pekerthi dan nilai keagamaan terhadap perkembangan karakter umat Hindu di Bali. Karena dalam masa anak-anak adalah masa bermain pada saat masa bermain inilah anak di tanamkan ajaran-ajaran keagamaan, moral, etika atau budhi pekerti, dan sosial melalui makna yang terkandung dari setiap lirik lagu sekar rare tersebut. Diamana dalam nyanyian sekar rare ini menggunakan bahasa bali yang mudah untuk dipahami oleh anak-anak sehingga anak-anak dengan mudah menyanyikannya. Sekar rare juga merupakan nyanyian yang digunakan untuk memuji anak kecil supaya tidak nangis.  Sekar rare juga mengandung nilai-nilai agama dan ethika yang perlu diterapkan kepada anak-anak.
5.2      Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas sekar rare merupakan media untuk meningkatakan pembentukan pendidikan karakter terhadap anak – anak khususnya di Bali, oleh karena itu disarankan kepada orang tua untuk mendidik anak-anak melalui pendidikan sekar rare dan memberikan makna – makna dari sekar rare tersebut, selain itu juga melalui sekar rare, kita dapat melatih anak untuk belajar menggunakan bahasa bali yang baik dan yang sesuai dengan anggah ungguhin basa. Dan juga sekar rare dapat digunakan sebagai media untuk melestarikan kebudayaan bali agar kebudayaan yang ada di Bali tidak hilang akibat dari perkembangan atau kemajuan jaman yang semakin modern ini , maka dari itu sebagai umat Hindu di Bali kita harus melestarikan bahasa bali termasuk gegendingan sekar rare karena bahasa bali merupakan bahasa ibu dan mencerminkan karakter atau ciri khas kebudayaan umat Hindu dibali. Untuk menjaga kebudayaan tersebut perlu diadakan kesenian Bali baik dalam tembang, tari dan sebagainya tentunya kesenian yang merupakan ciri khas Bali.

.

1 komentar: